Notebook


21 Mei 2020

Malam ini kamu gembira. Gembiramu tidak berlebih-lebihan. Sesederhana bisa published tulisan di awal waktu di docs.google.com #31HariMenulis. Tak perlu pusing merenungkan yang mesti dituliskan di malam harinya. Bebas. Berselancar di media sosial sesukanya. Membaca daily newsletter kegemaran yang lama tertinggal di surel gawai. Scrolling on Twitter. Terakhir mengedit tulisan yang akan serta sudah diterbitkan di blogspot.

Tadi malam ia menelepon. Sekadar bercerita mengenai kegiatan yang selesai dilalui. Ia bercerita tentang dirinya yang tengah membersihkan rumah. Dikarenakan menyambut lebaran yang tinggal hitungan hari. Bercerita tentang dirinya yang mendatangi penjahit. Memperbaiki ritsleting jaket yang rusak. Memotong kaki celana yang robek. Terjatuh pada tempo hari. Bercerita tentang banyaknya koleksi jaket yang dipunya. Termasuk jaket PPG.

Sekarang giliranmu menuturkan cerita. Kamu yang lazimnya malas bercerita di telepon. Malam ini, tumben banyak cerita. Kamu bercerita perihal rutinitas sepanjang hari. Pergi ke pasar membeli jilbab. Membeli bahan kue. Sebal dengan dirimu. Lupa membeli kertas kue. Enggan ke pasar lagi. Panas. Alhasil mencoba bertanya ke tetangga. Meminta sedikit kertas kue yang dimiliki. Lalu, membuat kue emping jagung cokelat sendirian.

Entah kenapa selalu hobi disuruh ke pasar. Di sana bisa melihat semua perangai pembeli di saat berbelanja. Mengobservasi mereka. Berharap semoga ada sesuatu yang bisa dibawa pulang. Kemudian dijadikan bahan tulisan. Kamu pelupa makanya menulis. “Jika engkau ingin mengenal dunia, maka membacalah. Namun, jika engkau ingin dikenal dunia, maka menulislah.” (Pramoedya Ananta Toer)

Selain itu, juga bercerita dan bertanya mengenai tulisan-tulisan di blogspot yang telah ditulis selama dua puluh dua hari belakangan.

“Kira-kira di antara semua tulisan di blogspot tentang #31HariMenulis, tulisan mana yang paling banyak dibaca?”

“Entah. Enggak tahu.”

“Yaelah, nampak kali, ya, yang tak mau baca tulisan-tulisan nirguna itu.”

“Bukan gitu, kan memang enggak tahu sih. Tunggu, tulisan tentang santuykah yang paling banyak dibaca?”

“Bukan. Tulisan yang paling banyak dibaca itu, tulisan dengan judul roti ketawa mini. Jumlah pembacanya 115 orang. Kok bisa ya, tulisan resep kue paling banyak dibaca?”

“Ya bisalah. Kan lagi cocok dengan temanya sekarang. Menyambut lebaran.”

“Mungkin juga, ya.”

Malam ini pembicaraan kalian banyak. Kamu senang. Meski sesekali terdiam. Tak lupa ia juga bertanya.

“Sekarang lagi ngapain selain telponan?”

“Jaga kedai seraya notebook-an.”

“Tapi, tulisannya sudah published. Kok masih notebook-an lagi? Ngedit, ya?”

“Baca-baca saja sih. Daripada main hp. Bagus notebook-an. Memangnya kenapa kalau mengedit tulisan? Sensitif banget ya denger kata edit.”

“Pantesan WhatsApp belum dibaca. Ya, enggak apa-apa. Soalnya ngedit itu, kan lama. Entar begadang lagi.”

“Enggak ngedit, kok. Cuma baca-baca saja.”

Percakapan selesai di menit ketiga puluh sembilan. Baterai ponselnya lowbat. Ia juga permisi hendak tidur. Ngantuk katanya. Padahal waktu masih menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Bagimu terlalu lekas untuk tidur. Sedangkan baginya waktu yang tepat untuk tidur. Suasana di sana dingin. Hening. Sepi. Sunyi. Ia pamit. Percakapan usai.

Selepas bertelepon, kamu melanjutkan mengedit tulisan di blogspot. Ditemukan beberapa kata yang acap saltik. Bahkan di saat mau tidur, kamu yang tengah membaca tulisanmu sendiri dan menemukan satu kata yang saltik, lantas kamu bergegas bangun. Menyalakan kembali notebook pun juga hotspot gawai. Kemudian mengedit. Kamu tipe orang yang pengin sempurna di saat menghasilkan karya. Kamu sedikit pongah. Tak banyak. Sungguh.

Satu jam telah berlalu mengedit beberapa tulisan di blogspot. Melihat tulisan yang akhir-akhir ini published di blogspot dengan tagar #CeritaMei2020 dan #31HariMenulis. Kamu merangkumnya ke dalam lima tulisan paling banyak dibaca selama bulan Mei. Kamu bangga, juga sedikit pongah. Tak banyak. Sungguh.

Selesai mengedit tulisan di kedai, kamu kedatangan sepupu. Tiba-tiba memberikan dua minuman kaleng. THR yang didapat dari tempat ia bekerja. Lumayan sebagai teman pelepas dahaga di kala menulis. Ditemani suara berisik dari kendaraan yang hilir mudik di depan rumah. Berangin disebabkan cuaca sedang tak menentu. Dan dingin dikarenakan dua minuman kaleng yang didapat secara cuma-cuma. Bahagiamu sederhana. (❤ YD)

Comments

Popular Posts