Lebaran Kurban


10 Zulhijah 1441 H

Iduladha

n hari raya haji yang jatuh pada tanggal 10-13 Zulhijah yang disertai dengan penyembelihan hewan kurban (seperti sapi, kambing, atau unta) bagi yang mampu.

Sumber: KBBI

“Liaaa, Lia, kau ikut tidak salat?” Ujar uakmu sembari menjerit di depan rumah tak keruan.

“Iyo. Awak ikut.” Ucapmu sambil menjerit juga.

“Copat sikeeet. Kami ondak pogi ni haaa.”

“Iyo, Wak.”

Pagi hari di penghujung bulan Juli, bertepatan dengan hari raya iduladha, kamu dihadiahi suara pekikan uakmu yang menggelegar. Ada rasa sedikit jengkel. Kemudian, bertanya ke diri sendiri. Kenapa harus berteriak seperti itu di saat memanggil seseorang? Namun, mencoba menenangkan hati juga pikiran.

“Ah, sudahlah, Yul. Sudah sering pun bertemu seperti itu. Toh Uak yang ini kan, memang begitu perangainya.” Ucapmu sembari tersenyum kecut.

Ketika telah mendapati alarm dari suara uakmu, maka, bergegaslah keluar rumah, untuk pergi salat iduladha bersama mereka. Sedari kecil hingga sekarang, yang ditahu tempat salat di saat hari raya tiba hanya dua, yakni, Masjid Al-Furqon Persis dan Masjid Muhammadiyah. Bahkan selama tinggal di sini, kamu tak pernah menginjakkan kaki di masjid lainnya di kala akan melaksanakan salat. Kedua masjid tersebut kerap menjadi langganan.

Di saat lebaran idulfitri beberapa bulan yang lalu, masjid yang dijadikan tempat salat adalah Masjid Al-Furqon. Sekarang giliran Masjid Muhammadiyahlah yang menjadi kunjungan berikutnya. Begitulah seterusnya saban tahun. Roda terus berputar. Begitu pun dengan masjid. Masjid yang didatangi terus berganti tiap tahunnya. Ya, meskipun cuma dua masjid.

Kemudian, bersegera mengikuti uak dari belakang. Pikirmu di saat itu, kalian bakal pergi ke masjid dengan menaiki becak motor bersama-sama. Nyatanya kalian pergi sendiri-sendiri dengan menaiki ojek yang sedang berseliweran di jalanan. Lagi, kamu tersenyum sendiri di atas ojek yang tengah dinaiki, mengingat kejadian lucu pagi ini.

Setibanya di lokasi, kalian masuk ke dalam masjid yang mana orang-orang sudah ramai memenuhi saf salat. Kali ini, kamu hanya pergi berbareng kedua uak, sepupu dan anaknya. Tak banyak yang ikut salat di kala lebaran iduladha datang. Tiap kalian lebih memilih salat dengan masjid pilihannya sendiri. Tapi, tidak denganmu. Kamu tak mandiri. Kamu tak berdikari. Kamu terlampau nyaman dengan yang itu-itu saja.

Kamu dan sepupu memilih salat di saf belakang, dikarenakan anak sepupu yang mulai rewel, disusul dengan si anak, tak mau masuk ke dalam masjid. Malahan si balita itu enggan melepaskan sepatunya. Alhasil si ibu memutuskan untuk menggendong bocah kecil yang berumur tiga tahun setengah itu ke dalam. Berikut dengan sepatu kets berwarna cappucino yang tengah dikenakan.

“Pakai telokongnyo yo, Nak.” Kata sepupumu ke anaknya.

“Tak ondak Oyyah. Oyyah ondak gini ajo, Mik.” Jawab ponakanmu pula.

“Ai, jadi tidak Oyyah salat, Nak?”

“Tidak. Amiiik, mano hape Amik, Mik? Oyyah ondak main hape ajo di sini, Mik.”

“Iiilah, tidak dio salat. Itu ambek hape Amik di tas. Amik salat yo, nak? Oyyah di sini ajo. Usah lasak-lasak yo, Nak.”

“Iyo, Mik.”

Lantunan suara takbir perlahan berhenti. Pertanda salat hendak dimulai. Kamu akhirnya berpindah saf salat di bagian tengah. Tatkala salat akan dilaksanakan, seketika itu juga susunan saf terlihat secara gamblang, yang mana saf belum terisi penuh dan yang sudah penuh. Selesai salat, kembali kamu berpindah duduk di belakang sembari bersandar di tembok masjid yang dingin. Matamu lasak. Kamu mengedari pandangan ke sana sini. Beragam orang tak dikenal. Tak jarang juga bertemu dengan segelintir orang yang dikenal.

Tepat di depanmu duduk, tak sengaja berjumpa dengan guru matematika SMP-mu terdahulu. Lekas-lekas menyalami beliau seraya bertanya kabarnya. Salah satu  hal yang disukai ketika salat di sini adalah, bisa bersua dengan orang yang sama setiap tahunnya, serta dengan berbagai perubahan yang telah terjadi pastinya. Seperti menjadi tua contohnya.


Ceramah perihal berkurban usai disampaikan. Kalian bersiap-siap untuk membuka bermacam aksesori di kala salat. Melepaskan mukena juga merapikan sajadah yang dibawa dari rumah. Tak lupa menyalami beberapa orang di sebelah kiri, kanan, depan, maupun di bagian belakang saf ketika salat.

Selepas salat, kalian pulang menuju rumah dengan becak motor yang telah dipanggil sebelumnya. Tapi, tidak denganmu. Kamu tak pulang ke rumah sesegera mungkin. Kamu diajak uak yang sudah menjeriti namamu di pagi hari, agar menemani beliau membeli beberapa macam penganan di toko roti. Kalian ke sana dengan menaiki becak. Bedanya, kamu hanya berdua bersama uakmu di becak. Jadilah kamu tak bersuara sedikit pun. Cuma ada suara nyanyian dari becak yang mengiringi. Ribut dan berisik. Sungguh.

Oh ya, tak lupa mengabadikan berbagai potret seadanya di hari raya iduladha 1441 H dengan gawai. Setidaknya ini bakal menjadi pengingat bagimu di kemudian hari, kalau saja di tahun berikutnya tak lagi dapat berhadir untuk salat di sini. Lantas, apakah tahun ini masih berkurban perasaan? Semoga tidak, ya. (❤ YD)














Selamat hari raya iduladha 1441 H 💐




Comments

Popular Posts