Antrean keempat
30 Juni 2020 |
Selasa
30 Juni 2020, seperti biasanya, jadwal kamu dan adik menemani ibu berobat
di salah satu RSUD di kabupaten sebelah. Sekarang minggu keempat berkunjung ke
sana. Demikian juga minggu kedua bagimu, di mana setiap hari Seninnya wajib menginap
di dekat RSUD. Dikarenakan harus tiba di lokasi lebih awal. Agar nomor antrean cepat didapat. Sebelum pergi ke sana, kamu dan adik-adik di rumah, terlebih
dahulu membereskan rumah. Hari Rabu esok,
kamu akan kedatangan tamu jauh juga penting. Teman LDR-mu bakal berkunjung ke
rumah beserta kedua orang tuanya untuk pertama kalinya. Bahagia? Iya.
Selepas
membersihkan, kamu bersegera berangkat ke kabupaten tetangga. Menumpang tidur
di rumah seorang rekan mengajar di sekolah. Hari itu, badanmu sungguh letih. Dari pagi
hingga sore terus berkegiatan. Dan sorenya harus pergi lagi. Tak apa, kan? Semuanya
demi kesembuhan ibu yang sedari lama didambakan. Ibu cepat sehat. Jangan kalah,
ya? Kami selalu siap membantu. Walau beberapa kali, emosi kerap menghampiri.
Maafkan kami.
Keesokannya,
kamu lekas-lekas ke RSUD. Memasukkan berkas yang dibawa dari rumah. Tiba di lokasi tepat pukul
setengah tujuh pagi, di mana ruangan untuk meletakkan berkas masih tutup. Orang-orang yang ingin mendaftarkan berkas sudah sampai di RSUD sejak pukul setengah tujuh pagi. Kalian mesti
menunggu hingga pukul tujuh pagi bahkan lebih. Sejak ibu sakit, menunggu adalah
hal yang lumrah bagimu dan adik-adik. Menunggu petugas rumah sakit datang. Menunggu
pintu poli dibuka. Tak jarang menunggu dokter yang baru hadir di sore harinya.
Semuanya kian terbiasa.
Salah
satu poli yang sering sibuk, ya, poli ini. Petugas belum datang, sementara
pasien yang pengin berobat, sudah ramai menantikan. Masing-masing di antara
mereka duduk rapi di kursi yang telah disediakan. Sesekali minum dan makan
dilakukan. Beberapa memilih membawa bekal. Ya, membawa bekal adalah jalan. Supaya
irit. Sebab, ongkos ke sini tak murah. Terlebih lagi untuk mereka yang sedikit
kurang. Namun, semua dikerjakan, demi kata ‘sembuh’ meski sesekali diiringi
kecewa. Dikarenakan pelayanan yang lambat. Petugas yang tak ramah serta pongah.
Lantas,
di sini juga jadi ajang bernostalgia bagi mereka yang acap berobat. Bertemu teman
yang sudah lama tak dilihat. Ada segaris senyum yang terpatri di sana, ketika berjumpa.
“Apa kabar?”
“Sudah lama ya, enggak ketemu?”
“Makin sehat, ya.”
“Jam berapa tadi daftarkan
berkasnya?”
“Ke sini, mau kontrol atau
mau ambil obat saja?”
Bermacam
bundel sudah disiapkan sedari rumah. Jikalau masih kurang, memfotokopi di
depan lokasi buru-buru dilaksanakan. Tak ingin dapat nomor antrean jauh. Tak ingin
kecewa. Tak ingin gagal lagi. Biarpun harus menunggu lama. Lebih-lebih terlampau
lama.
Sembari
menunggu petugas datang membuka pintu poli, berbincang dengan orang di samping juga
dilakukan. Biar terkesan tak sombong. Namun, beberapa memilih diam dengan
masker yang dikenakan. Alhasil, tawa pecah di sana-sini. Mereka bahagia.
Kendati di dalamnya sakit. Tak masalah. Setidaknya, meredakan sedikit rasa
sakit yang tengah dirasakan adalah hiburan. Mungkin setelah tiba di rumah, kembali
mereka akan berbaring dan tak lupa meminum obat yang barusan diberikan.
Teruntuk siapa pun yang sedang sakit, semangat berobat, ya. Supaya lekas sehat. Jangan patah dulu. Kami di sini setia menemani pun menolong. Kalian kuat, kan? Kepada ibu, lekas sembuh, ya :)
Beragam potret yang kerap kali diabadikan dengan gawai, di saat berkunjung ke sini (❤ YD)
Comments
Post a Comment