Piket


di UPTD SMPN 2 Nibung Hangus

Tidur pagi ini tidak pulas. Kepala berpikir. Hari ini jadwal piket di sekolah. Senin kemarin tidak muncul. Malas katamu. Jadwal piket di sekolah seminggu dua kali. Hari ini mesti datang. Minimal sekali seminggu. Kamu tak ingin pimpinan merepet panjang. Kamu bergegas ke sekolah. Tak mau terlambat lagi. Tak ingin pimpinan memfoto nama-nama yang piket. Lantas, mengirimkannya di grup WhatsApp sekolah.

“Yang piket hari ini, mana orangnya? Kok belum ada yang datang?”

Jumat ini, cepat hadir. Tumben. Pukul sembilan pagi sudah tiba. Ketika sampai, hanya ada kepala sekolah. Beliau menyapu ruangan. Kamu menawarkan diri untuk membantu. Menyapu sampah. Mencuci piring. Itu yang dikerjakan. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Masih beberapa yang tampak batang hidungnya. Selama pandemi,  ini jadwal tercepat sampai di sekolah. Biasanya acap terlambat.

Kamu mengasingkan diri. Memilih duduk di pojok baca. Sudut favorit di sekolah. Membuka notebook sembari WiFi. Membaca daily newsletter kegemaran di surel ponsel. Sudah lama alpa membaca mereka. Tulisan mereka kerap membuat hanyut. Apik penuh informasi. Di tengah pandemi, berita yang membikin waras sangat dibutuhkan. Informasi Covid-19 makin hari makin menakutkan.

Kamu Notebook-an selama di sekolah. Alunan lagu Mr. Sonjaya menambah suasana kian syahdu. Angin sepoi-sepoi meniup jilbab cokelat. Serasa di pantai. Kamu sadar, kamu lagi di sekolah. Maksud ke sini demi dua botol sirop Kurnia. THR untuk para guru di sekolah. Sedikit? Tak apa. Sekurang-kurangnya tak lupa.

Kamu duduk bersila sendirian. Lirik lagu 'Penjaringan dari Mr. Sonjaya' mengingatkan masa lalu. Kamu ahli mengingat kenangan. Hari ini, bahagia ke sekolah. Setidaknya bernapas lega. Di rumah terus-terusan membuat pening. Memandang dinding itu, lagi dan lagi. Bak jeruji. Kata si Raka Ibrahim di tulisannya pagi tadi, selama pandemi akan ada banyak orang mengalami keresahan yang khas 'cabin fever' namanya.

Memotret diri tak lupa dilakukan. Baru sebentar ponsel dihidupkan, ponselmu mati. “Ah sial,” katamu. Baterai ponsel makin tak bersahabat. Kian gemuk. Tidak dengan badanmu. Kamu mencoba menggunakan aplikasi Google Meet. Seolah-olah sedang rapat. Padahal, hanya memotret diri. Apakah terlihat elok di pagi ini? Apakah lipstik emina masih elok warnanya? Kamu mengisi baterai ponsel. Ponsel hidup. Lalu, memotret langit. Langit siang ini cantik. Kamu tidak.

gemar mengabadikan

langit cantik, kamu? tidak

Perasaanmu sedari kemarin tak enak. Kamu tahu penyebabnya. Kendati tak yakin. Ingin minta maaf. Ragu. Bimbang. Apakah bersalah? Entahlah. Lagu Hindia feat Rara Sekar makin membikin hati tak enak. Berkecamuk. Sebelum pulang, kamu membawa buah tangan. Kamu sedikit senang. Kamu sadar, hari ini ke sekolah hanya untuk dua botol sirop Kurnia yang diikat tali rafia. Kamu memang begitu. Datang karena diiming-imingi sesuatu. Kemudian, tersenyum. (❤ YD)



Comments

  1. Wkwkwk teringat ngajar di Firdausy dulu

    ReplyDelete
  2. Wah bu guru satu ini subscriber 5.45 pasti. Alhamdulillah ya masih dapet thr

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Saya penyuka 5.45. Alhamdulillah dapat.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts