Si Ekor Panjang


seusai tenggelam di bak

Kamu baru bangun tidur siang. Dibangunkan ibu. Azan asar berkumandang. Lalu, pergi ke kamar mandi. Sebelum ke kamar mandi, ada hal menarik perhatian. Tiga ekor kucingmu; santuy, belek, dan si kembar tengah asik melihat air di bak belakang. Kepala mereka menunduk. Kamu heran. Kok bisa mereka bertiga akur? Kamu penasaran. Lantas, ikut menudukkan kepala. “Tak ada apa-apa di sana,” katamu. Mereka bertiga tetap menudukkan kepala tanpa mengeong. Aneh.

Kamu bersiap untuk salat asar. Selesai salat, membantu ibu memasak di dapur. Sembari memasak, menonton tv pun dilakukan. Melihat anak sekecil itu, tapi hafalan juznya banyak. Seketika malu. Kamu dipanggil ibu. Disuruh mencuci sayur. Mengambil air di bak belakang. Kembali, melihat tiga ekor kucing tengah menundukkan kepala. Tak biasanya mereka begini.

“Woiii, kocheng kalian lagi liat apa? Tumben kompak.”

Keingintahuan makin menjadi-jadi. Kamu menundukkan kepala (lagi). Seketika terkejut melihat yang barusan terjadi. Si kembar dengan ekor panjang ada di dalam bak. Tenggelam. Napasnya engap-engap. Kamu bersegera mengangkatnya. Kaget di saat memegang. Badannya gembung penuh air. Kemudian, menunggingkan si ekor panjang. Banyak air yang keluar dari mulutnya. Sedih. Ternyata yang dilihat para kucing sedari tadi adalah si ekor panjang. Tenggelam di dalam bak.

“Tulah, awak tuh masih anak-anak. Tak usah lasak. Kan jatuh ke dalam bak. Santuy nih lagi, bukan dijaga anaknya. Kau lagi ekor pendek. Kenapa dibiarkan saudaramu main-main di dekat bak? Percuma kalian saudara kembar.”

Sore itu, kamu merepet panjang dengan para kucing. Mereka tetap tak menghiraukan. Justru mereka menatapmu lama-lama. Tetangga heran mendengarmu sejak tadi beleter. Mengira kamu memarahi anak kecil. Ternyata kamu memarahi para kucing. Beliau tertawa. Kamu tersenyum malu.

butuh pelukan?

Kemudian, memanggil ayah. Ayah kepala perkucingan di rumah. Langsung membantu si ekor panjang. Ayah mengelap tubuh si ekor panjang. Meletakkan di depan kipas angin. Si ekor panjang terdiam. Kedinginan. Tubuhnya basah kuyup. Gembung. Si ekor panjang tertunduk. Matanya berkaca-kaca. Ia susah bergerak. Kamu iba melihatnya. Di umurnya sekarang, si kembar lagi aktif bergerak ke sana dan kemari.

si kembar

Santuy tak kunjung datang melihat anaknya. Pun begitu si ekor pendek. Lagi, kamu mengoceh. Mereka sama sekali tak kasihan dengan si ekor panjang. Kamu menangkap si ekor pendek. Meletakkannya di samping saudaranya. Ia menjilat bulu si ekor panjang. Berharap kering. Baru sebentar, si ekor pendek kembali bermain. Kamu dongkol. Jengkel. Si ekor panjang tertunduk. Ia pergi. Berjalan pelan-pelan dengan tubuh yang masih basah. Memilih berdiam di bawah meja TV. Kasihan. Kamu takut kehilangan si ekor panjang. Seperti kehilangan Mika pada tempo hari. (❤ YD)

Comments

Post a Comment

Popular Posts