Penjahit Adalah Tukang PHP Nomor Wahid di Dunia
![]() |
source: www.pexels.com |
Saya anak
yang terlahir dari seorang penjahit serta besar dalam rumah berisi mesin jahit, mesin obras, benang, gunting, jarum,
meteran, kapur, pensil merah biru, jarum pentul, dan pendedel. Saya tahu
suka duka penjahit–yang sedikit untung, banyak lebihnya.
Menjadi anak penjahit, ada stigma yang kerap kali
saya terima hanya karena saya nggak tahu sama sekali jahit menjahit.
“Eh, Yul, pekerjaan ibumu apa?”
“Ibuku penjahit sejak dari remaja sampai sekarang.”
“Wooow, enaklah ya bisa jahit baju gratis terus.
Dan kamu pasti pintar ngejahit juga, kan?”
“Hmmm.”
Saya dongkol setiap dapat pertanyaan semacam ini.
Sebab, ilmu menjahit ibu memang nggak ada nempelnya sama sekali ke saya.
Di antara 3 bersaudara, yakni saya, adik perempuan,
dan adik laki-laki, cuma saya sendiri yang nggak bisa ngejahit. Dulu sekali
rasanya malu. Tapi, makin lama makin biasa. Mungkin, alasan saya nggak bisa
menjahit adalah pengalaman masa kecil yang pernah digas Ibu ketika bermain
mesin jahit beliau. Ketika sesudah saya bermain, jarum mesin jahitnya patah,
saya direpeti Ibu dong.
“Jangan dimainkan mesin jahitnya. Itu mesin buat
cari makan. Nanti kalau rusak, siapa yang mau betulin, haaa?”
Sejak saat itu saya nggak mau lagi melakukan
physical touch dengan yang namanya mesin jahit.
Keluarga saya nyaris penjahit semua. Ada nenek,
kakak Ibu, adik Ibu, sepupu saya. Saya jadi paham drama yang sering mereka
buat, sampai-sampai saya bisa bilang, penjahit adalah tukang PHP nomor wahid di
dunia. Alasannya….
1. Mereka
pilih kasih
Terutama kepada pelanggan yang punya privilese,
sebut saja ketika orang penting semacam pejabat (Bupati Klaten?) nempah baju
dan minta disiapkan bajunya sesegera mungkin. Pasti si penjahit langsung
mengiyakan permintaan tersebut tanpa perlu si pejabat bercakap lama-lama.Sementara
orang lain yang setara butiran debora di jalan, ketika menempah baju, nggak
jarang baru selesai semingguan, bulanan, bahkan harus menunggu pelanggan emosi
barulah baju tersebut siap. Padahal mereka sama-sama bayar upah jahit dengan
harga yang telah ditentukan. Apakah ini penjahit segan atau mau cari muka
kepada si orang penting yang nyatanya nggak penting-penting kali itu?
2. Mereka
adalah pelanggar janji yang ulung
Teman-teman saya doyan melanggar janji, tapi
penjahit jauh lebih mengerikan. Di saat seorang nempah baju dan si penjahit
janji baju tersebut bakalan selesai seminggu lagi, ketika deadline jahitan
sudah tiba, lantas yang nempah baju nagih baju jahitannya, si penjahit bisa
dengan gampangnya bilang,
“Bolom siaplah, banyak botol jahitan awak. Seminggu
lagilah yo.”
Setelah semingguan dan ditagih lagi, jahitannya
nyatanya masih belum selesai. Yang anehnya lagi malah si penjahit pula yang
nadanya ngegas pakai banget. Pelanggan yang sekadar nagih janji justru dia
repetin. Sudah bayar mahal digas pula. Penjahit yang sudah famous memang gitu
sih, rada sombhooong.
3. Mereka
kadang bisa jadi pemalak
Ini berdasarkan pengalaman saya ketika menempah
baju kepada sepupu sendiri untuk dipakai Lebaran tahun ini. Dia minta duit saya
terlebih dulu buat beli kainnya sekalian bayar upah jahit, pokoknya lunas di
awal. Lebih hebatnya lagi, permintaan itu dibuat sebelum ia mengukur badan saya
apalagi nanya model bajunya apa. Tega.
***
Oleh sebab saya rada khatam sama sifat kaum tailor,
saya ingin membagi tips.
Pada momen besar-besar seperti Lebaran dan musim
nikahan, biasanya penjahit akan bersikap lebih congkak. Terlebih kalau kita
butuh sekali tenaga mereka. Mereka bakalan sok jual mahal dan harga upah jahit
langsung naik seketika, udah kayak harga emas antam gitu.
Tips dan triknya adalah sering-seringlah kunjungi
si penjahit buat nagih baju yang sedang ditempah, umumnya si penjahit bakalan
bosan jika didatangi terus-menerus. Nah, jikalau nada mereka mulai agak ngegas,
please jangan dibalas. Justru kalian harus ingatin beliau sembari bilang bahwa
sekarang ini bulan puasa. Nggak baik gas-gasan teros.
Terakhir dan yang paling penting, kalau pengin nempah baju, cobalah untuk sedikit bongak ke mereka. Yang semula bajunya akan dipakai pada tanggal 31 Mei. Nah, ketika mau nempah, bilang saja baju tersebut mau dikenakan tanggal 13 Mei. Berbohong dikit demi kebaikanlah. Jangan hanya si penjahit yang bisa bongak ke pelanggannya. Kita juga bisa kok bongak ke penjahit. Ya, meskipun tetap saja nggak bagus. Tetapi, sesekali boleh diterapkan. (❤ YD)
Tulisan ini sudah pernah terbit di Terminal Mojok. Silakan klik tautan ini! :)
Comments
Post a Comment