Payung Teduh


Parkiran Polonia Medan, 2016

Pertama kali tahu mereka di saat berkuliah S-1.  Dikenalkan oleh sepupu. Katanya setiap lagu dan lirik yang dituliskan mewakili perasaan. Perasaan yang tengah dibebani satu orang makhluk jahat di bumi. Sejak hari itu mencintai setiap lagu. Menyukai setiap postingan mereka yang muncul di Instagram.

Saking fanatiknya, setiap tulisan acap diakhiri dengan kalimat syahdu lalu teduh. Pun nama sendiri ditambahi embel-embel kata ‘teduh’. Kini playlist lagu yang biasanya pop, lambat-lambat mulai bergeser dengan lagu mereka. Bermodalkan WiFi tempat bekerja terdahulu. Tiap hari men-download semua lagunya. Dilakukan di sela-sela waktu bekerja.

“Apa sih enaknya lagu mereka? Menye-menye gitu pun lagunya.”

“Lah, terus, kalau menye-menye kenapa?”

Kamu heran. Kenapa bisa kenal mereka sekarang. Selama ini ke mana saja. Sebagian orang bilang aneh. Dikarenakan menyukai dengan teramat. Setiap lirik dan lagunya kamu hapal betul. Meski ketika disuruh menyanyikan, cuma bisa bernyanyi di dalam hati. Ya, sejak kecil suara tidak seberuntung mereka. Suara fals. Berbicara juga fals. Apalagi menyanyi.

Hari itu, di saat akan berangkat bekerja dengan angkot. Tidak sengaja bertemu spanduk. Matamu lasak. Mereka bakalan mengadakan konser di Parkiran Polonia. Bahagia. Mimpi untuk bertemu mereka perlahan segera terwujud. Bingung harus mengajak siapa ke sana. Sementara kamu perempuan. Jikalau diajak teman untuk menonton pasti menolak. Alasannya lebih baik tidur ketimbang menonton mereka. Terkadang ini benar.

Kembali mengingat. Sadar bahwa ada satu teman SMA juga pencinta mereka. Lantas, menghubungi via WhatsApp. Berharap menerima ajakan. Menonton konser bersama-sama.

“Bang, Payung Teduh, minggu depan konser di Medan. Nonton yuk!”

“Serius adek? Ayo kita nonton! Akhirnya, ya.”

“Iya. Ikut nebeng ke sana, ya?”

“Siap. Tunggu di kosan nanti.”

Sepulang kerja, buru-buru mencari angkot. Supaya cepat sampai di indekos. Tidak ingin telat. Sedari dulu berharap dapat menonton konser mereka. Malam ini, kali pertama melihat secara langsung. Gembira? Pasti.

para peneduh

Lokasi sudah penuh. Diisi oleh penyuka. Kalian mendambakan kehadiran mereka. Tiba di lokasi lebih awal. Banyak keuntungan didapat. Ingin melihat jelas. Duduk di bagian depan. Jarak panggung lumayan dekat. Setengah jam pertama diisi oleh band-band lokal. Kamu berhasil dihibur sebentar. Bintang tamu utama tiba. Vokalis dengan rambut kribo yang selama ini dilihat di media sosial. Sekarang berdiri tepat di depan.

Mereka menghibur. Lagu dan alunan nada membuat hanyut. Beberapa lagu andalan dinyanyikan begitu rapi. Meski berhenti sebentar. Hujan. Konser kembali dilanjutkan. Suasana kian asyik. Kekompakan merapalkan tiap lirik lagu. Kendati sesekali diiringi dengan suara-suara sumbang. Tak apa. Di sana mereka berhasil menghipnotis teman-teman peneduh Medan pun kamu untuk bernyanyi. (❤ YD)

dua ribu enam belas

 

Comments

Popular Posts