Pagebluk


Padang Sidempuan, Februari 2020

Pagebluk makin panas. Makin ganas. Dan makin beringas. Betapa tidak, pagebluk mengubah semua rencana indah yang dituliskan di awal tahun. Katanya tahun dua ribu dua puluh adalah tahun dengan angka cantik. Nyatanya masih belum. Berharap semua berjalan sesuai resolusi yang dituliskan. Sekalipun resolusi itu hanya tertulis di ingatan, untuk seorang pemalas yang tak pernah menorehkan tulisan di agenda kesayangan.

Pagebluk menggeser semua rencana. Rencana menikah sebelum Ramadan, agar bersahur bersama pupus sudah. Rencana berjumpa dengan kekasih di kedai kopi andalan, hanya angan. Rencana bukber dengan teman TK hingga kuliah, sekadar ingin memamerkan pencapaian yang telah didapat juga punah. Rencana mudik bertemu dengan orang-orang yang selalu ikhlas menerima, di kala hati ingin pulang harus dikubur dalam-dalam.

Kemarin kalian baru saja jadi sarjana. Mimpi untuk bekerja di kantor idaman lenyap sudah. Kantor terpaksa tutup. Memberhentikan beberapa karyawan secara sepihak tanpa pesangon di akhir. Sekolah diliburkan. Tak ada lagi keramaian akan suara anak-anak didik yang kerap dibayangkan. Sepasang kekasih yang baru kali ini berpisah sangat lama, harus rela menahan rindu yang kian likat. Kalian jangan putus dulu. Pagebluk menguji kita semua. Juga hubungan kalian. Bertahanlah!

Kini kita hanya berdiam di rumah seharian. Menonton film-film kesukaan selama pagebluk dan menjadi binge watching adalah pilihan. Tapi, tidak dengannya, yang hingga kini belum tertarik hatinya menjadi pencinta drama. Sekarang bukan hanya persediaan bahan pokok yang mesti dipersiapkan, kuota internet pun demikian. Berselancar di dunia maya adalah sekian banyak opsi meredam rasa bosan yang tengah melanda.

Beragam kegiatan yang dilakukan hanya alternatif pemecah rasa suntuk yang tak tertahankan. Memasak dengan resep dari YouTube. Bermain TikTok. Menyusun meses di roti tawar. Until tomorrow challenge. Pass the brush challenge. Membaca buku favorit. Berkebun hidroponik. Beternak lele. Ada banyak cara dilakukan demi menghilangkan rasa jenuh. Dan, bosan masih saja bertahan.

Yang masih bekerja selama pagebluk harus menyiapkan beberapa senjata bak seorang prajurit yang akan berperang. Masker dan hand sanitizer adalah pelindung untuk sebentar saja. Setidaknya berada di luar, di tengah pagebluk sedikit aman. Meskipun belum sepenuhnya. Kalian terpaksa tetap di luar, sekadar untuk makan dan bayar tagihan. Sementara pemerintah menggaungkan WFH dengan lantang.

Pagebluk juga menghadirkan banyak orang baik yang berbagi kepada sesama. Memberi sedikit yang dipunya kepada mereka yang dilanda, adalah usaha agar melihat mereka bahagia. Tapi, ada segelintir orang yang memanfaatkan pagebluk sebagai wadah menimbun masker, hand sanitizer, dan APD. Tak heran, demi konten transpuan jadi korban. Kalian manusia, kan? Begitu pun transpuan.

Hari ini di tengah pagebluk, orang-orang berlomba berbuat kebaikan. Bukan kebalikan.

Hari ini di tengah pagebluk, tak perlu memaksa untuk selalu produktif. Setidaknya tetap waras dan bertahan adalah impian.

Hari ini di tengah pagebluk, hiruk pikuk kota tak lagi ditemukan. Meski ada sekumpulan orang tak taat aturan.

Hari ini di tengah pagebluk, satu persatu saudara kita berguguran.

Hari ini di tengah pagebluk, saya kembali menulis. Walau di akhir tulisan masih ada yang berkomentar. Tak apa. Ini wajar.

Bertahanlah!

Tulisan ini, sudah pernah terbit di Hipwee. Silakan klik tautan ini! Terima kasih, lur :)

(❤ YD)




Comments

Post a Comment

Popular Posts