Modar
![]() |
di FBS Unimed, 2018 |
Halo.
Kamu apa kabar? Masihkah mengingat luka yang telah ditorehkan? Atau sudah lupa?
Saya masih ingat dan akan terus ingat. Saya mau cerita ke kamu. Pagi tadi, teman
kita heboh bertanya perihal tulisan yang saya kirimkan kemarin malam di blogspot.
“Siapa
yang bilang kayak gitu? Aku juga merasa tersindir.’’
Seketika,
saya mengingatmu. Kalimatmu tempo hari agaknya sangat membekas di ingatan. Tidak
tahu kenapa. Pagi ini, ketika sedang mencuci pakaian, kata-katamu kembali
terngiang. Kamu tahu, di saat saya mengangkat air, embernya jatuh dan duaaar embernya pecah. Kaget dong.
Kenapa kalimat buruk mulut itu berhasil menghancurkan hari saya. Bahkan untuk
hari yang masih terlampau pagi.
Omong-omong, kamu kok tega ya, mengeluarkan kalimat jahat? Masih tidak menyangka. Kamu
pernah bilang, kalau kamu juga ingin belajar menulis. Saya jawab, belajar
kuncinya. Belajar baca dan nulis setiap hari. Kamu tahu kan menulis itu sukar.
Ya, meskipun beberapa orang kerap menganggap menulis itu gampang. Nyatanya
menulis itu pelik. Apalagi untuk pemula seperti saya ini.
Saya
mesti baca ulang tulisan yang barusan dituliskan. Saya mesti edit ulang tulisan
yang barusan diketikkan. Saya mesti buka KBBI demi mendapatkan kosakata baru.
Dikarenakan kosakata yang masih minim. Kamu pasti sudah banyak, kan ya kosakata yang
dipunya? Makanya bisa berkomentar sejahat itu.
Enggak
jarang tulisan saya yang sudah published
sekalipun, masih ditemukan kata-kata yang saltik. Ribet, kan? Saat itu juga
saya merasa gagal di dalam menulis. Apakah saya menyerah? Tidak. Terkadang saya
malu dengan diri sendiri. Sok-sokan menulis A hingga Z, padahal menulis saja
masih belum becus. Apakah saya menyerah? Tidak.
Sesekali
saya juga kesal dengan mereka di luar sana yang hanya bisa berkomentar. Katanya
sih, sekadar kritik dan saran, agar tulisan saya menjadi lebih baik (lagi).
Tapi, kok ya, saya merasa mereka itu julid. Ah entahlah. Saya ini orangnya
mudah baperan. Giliran mereka disuruh menulis, cuma elakan yang sering kali
diberikan.
Jadi,
kamu kapan mau mulai menulis? Saya pengin baca tulisanmu. Pasti kisah hidupmu jauh
lebih menarik daripada kisah saya, yang nyatanya gemar sekali mengeluh ini. Eh
tapi, mengeluh itu wajar, kan ya? Omong-omong, tidak dapat menulis satu hari
satu tulisan, minimal satu tulisan setiap bulannya pun jadilah. Saya penasaran.
Serius.
Kamu,
ayolah menulis sedari sekarang! Saya juga ingin berkomentar di tulisanmu kelak.
Kalau pun tulisanmu lebih bagus, saya bahagia dong. Karena saya bisa belajar
darimu. Tapi, kalau tulisanmu jelek. Tenang. Saya tidak akan mengeluarkan
kata-kata jahat, lantas, mengirimkannya ke kamu. Paling banter nih ya, saya
berkomentarnya di dalam hati,
“Tulisanmu
pun juga jelek dari saya. Lalu, kok sok? Modar!”
Tulisan ini, sudah pernah terbit di Hipwee. Silakan klik tautan ini! Terima kasih, lur :)
(❤ YD)
Pernah kubaca dulu, kak. "menulis adalah terapi" bodo amatlah tanggapan orang, yang penting jalan terusssssss!!!!!
ReplyDeleteJalan terus pantang mundur. Terima kasih, Dek :")
DeleteBingung mau komen apa
ReplyDeleteIni kan sudah berkomentar keleus
Delete