Kamu dan Kelaziman Baru


di pajak

Lebaran di hari keempat. Ibu membangunkan dengan gopoh. Ia menagih janji. Dibuat beberapa hari yang lalu. Kamu berjanji akan ke pasar. Membeli sayur juga ikan. Ibu tipe orang pengingat terhadap janji yang sudah dilisankan. Kadang jika ingin melakukan sesuatu, diam adalah kunci. Ketimbang bercerita serta berjanji. Takut janji ditagih ibu. Tak ingin digelari banyak cakap. Tak menepati janji.

Kata ibu, kamu bak satpam di rumah. Setelah adik laki-laki. Lekas. Hendak disuruh ke sana kemari. Jikalau adik-adik tak mau. Kamu acap disuruh ke pasar. Mahir tawar-menawar. Adik laki-laki juga rajin ke pasar. Tapi, ia tak lihai tawar-menawar. Beda dengan adik perempuan. Ibu tak pernah menyuruh ia ke pasar. Takut. Ibu tak ingin ia ditipu penjual. Ia tak cekatan tawar-menawar. Ia gemar khilaf di saat ke pasar.

Satu lagi pembeda di antara kamu dengan kedua adik. Ibu tak mau memerintah mereka mengantar jahitan pelanggan. Ibu tahu, mereka segan di saat mengantar jahitan. Terlebih-lebih, kalau mengharuskan meminta upah kepada pelanggan. Kedua adik enggan berhubungan dengan uang. Tak berani. Kamu berani. Menagih upah jahitan. Sementara kedua adik tidak.

Sejak saat itu, ketika ibu punya jahitan dan sudah selesai dikerjakan, lantas, ibu terdesak butuh uang. Maka kamulah yang disuruh. Kadang sebal. Kenapa mesti kamu? Lagi dan lagi. Jawaban ibu sederhana. Karena kamu bak satpam di rumah. Anak sulung. Harus siap sedia menjalankan tugas.

bawang seperempat

Pukul sepuluh pagi ke pasar. Ingin melunaskan janji. Ibu memesan bermacam barang. Membeli daster. Timba. Sayur. Bawang. Ikan. Yang gagal dibeli hanya timba dan daster. Perihal timba, tak ingat sama sekali. Mengenai daster, ingat. Sudah bertanya di kedua kedai baju. Tak jadi membeli. Harga yang ditawarkan tinggi. Sudah menawar. Namun, potongan harga yang diberikan kecil. Mahal. Galibnya harga daster di hari biasa murah. Suasana lebaran mengubahnya. Mereka sesuka-suka menetapkan harga. Tak suka perangai mereka. Memanfaatkan keadaan di tengah lebaran. Kamu balon mak-mak sejati. 

Sekarang pasar mulai sedikit normal. Setelah sekian hari ditutup. Lebaran. Beberapa orang terlihat tetap memakai masker. Mengindahkan peraturan. Menjaga diri. Masker bagaikan pelindung. Walau tak sepenuhnya. Mencoba menerapkan kelaziman baru akibat pandemi. Beberapa orang tak lagi ditemukan tanpa masker. Meski masih ada beberapa. Tak mengindahkan. Setidaknya mulai terbiasa. Kelaziman baru akan dipraktikkan. Pandemi ini pasti berakhir. Cepat atau lambat. (❤ YD)

Menurut data Kemenkes akhir pekan (24/5) lalu, Misalnya, provinsi di luar Jawa yang paling babak belur akibat COVID-19 adalah Papua (556 kasus), Kalimantan Selatan (599), Sumatera Selatan (736), dan Sulawesi Selatan (1296). Adapun di pulau Jawa, kondisi di Jawa Timur (3886 kasus) jauh lebih parah ketimbang Jawa Barat (2113 kasus). Sumber dailynewsletter from Asumsi 5.45 edisi 27 Mei 2020.

Comments

Popular Posts