Agar Bertahan, Pertemanan Butuh Usaha


dengan SDA

Tiba-tiba gawai saya bergetar, menandakan sebuah pesan telah masuk. Pesan tersebut berasal dari grup meet up, yang kenyataannya jarang sekali meet up. Grup ini dibikin oleh seorang kakak yang seketika bisa merepet panjang hanya karena dipanggil kakak. Tengku Rabiatul Atria namanya. Katanya ia membuat grup ini, alasannya sederhana, yakni agar tetap terjalin silaturahmi satu sama lain. Meskipun sekarang di antara kami tak lagi sama.
            “Assalammu’alaikum.”
            “Wa’alaikumsallam.”
            “Eh ada Adek Ozi. Apa kabar Dek?”
             “Alhamdulliah sehat Kak. Mana nih Kakak-kakak yang lain?”
            “Assalammu’alaikum Dek Ozi.”
            “Kakak-kakak sehat, kan?”
            “Alhamdulliah sehat Dek Ozi.”
       Begitulah isi pesan grup di awal percakapan, setelah terakhir kali berkomunikasi via WhatsApp tepat pada tanggal 31 Desember 2019 yang lalu. Terbukti sudah lama sekali tidak bertegur sapa. Sekadar untuk menanyakan kabar saja, lupa dan segan sering kali menjadi teman. Pertemuan secara lengkap di antara kami terakhir kali terjadi pada 4 tahun yang lalu. Lagi-lagi dikarenakan sudah enggak lagi sama, jarak selalu saja menjadi penghalang. Sementara rasa rindu ingin berjumpa dengan mereka justru bertambah banyak.
Kami berempat dipertemukan untuk pertama kalinya di sebuah tempat kerja yang sama, yakni Narsis Digital Printing. Di mana ada Tia, saya sendiri, Dek Ayu dan terakhir yang paling ganteng di antara kami ada Dek Ozi. Sejak hari itu pertemanan di antara kami kian erat. Empat orang makhluk di bumi yang sedikit Narsis, lantas banyak recoknya, kami beri sebutan SDA aka Sahabat Dunia Akhirat. Nama yang terlalu baik budi untuk kumpulan orang yang gemar berceloteh ketika berjumpa.
Perbincangan malam ini, berlangsung hingga pukul 00.14 WIB. Dimulai dari percakapan yang sedikit manis dan lama-kelamaan diisi dengan kalimat sedikit ngegas, serta diteruskan dengan pembicaraan yang berujung dengan pertanyaan
“Kapan kita bukber bareng nih kakak-kakak?”
Sedih di saat harus bertemu dengan pertanyaan semacam itu. Rasa ingin bersemuka dengan mereka sangatlah banyak, lebih-lebih lagi sudah lama enggak bertemu. Apa boleh buat, keadaan memaksa kami untuk tidak bertemu sementara waktu. Di tengah pagebluk yang kian merebak rasanya terlalu sukar hanya untuk bertemu dengan mereka. Sejak pemerintah mengumumkan untuk tetap #dirumahaja pertemuan dengan mereka nyatanya kini terasa semakin jauh.
Barangkali yang bisa bertemu cuma mereka bertiga tanpa kehadiran saya (lagi). Jarak tempuh saya dengan mereka memang cukup jauh. Sebelum pagebluk ini menyerang, saya mampu saja mengiyakan permintaan mereka untuk bertemu. Tapi, kondisi sekarang sudah sangat berbeda. Kegiatan #dirumahaja yang digaungkan pemerintah, yang dulunya merupakan impian saya agar bisa rebahan secara rutin, ternyata kian hari makin membosankan apalagi tanpa melakukan aktivitas sedikit pun. Totally doing nothing, really sucks.
Salah satu jurnalis favorit saya NKRI aka Negara Kesatuan Raka Ibrahim yang selalu membawa saya hanyut ke dalam tulisan-tulisannya pernah bilang, “Jaga kawanmu, jaga kawanmu, jaga kawanmu. Sekarang yang kita miliki hanya satu sama lain.” Ya, betapa tidak, saban hari energi kita sudah habis terbuang sekadar untuk menjaga kewarasan. Selain itu, efek #dirumahaja membuat kita merasa jemu yang enggak tertahankan. Melakukan segala rutinitas yang sama setiap harinya justru ngebuat hidup terasa monoton sekali.
Percakapan di WhatsApp berakhir dengan sesi video call berempat. Rasanya bahagia dapat bertatap muka juga bercerita dengan mereka. Meskipun hanya melalui daring. Setidaknya sedikit rasa sakit perihal rindu ingin bersua dengan mereka sudah terobati. Seperti makhluk bumi lainnya, di akhir pertemuan via daring tak lupa untuk men-screenshots percakapan ketika sedang ber-video call-an ria. Kini masing-masing dari kami bersiap untuk mengatur posisi berikut dengan senyuman terbaik di kala video call. (❤ YD)

beragam ekspresi :")

“Weiii, jangan kelen becakap dulu, ya! Ayu mau screenshots video call-an kita. Ayu pen buat status nanti di WhatsApp. Sekalian, senyum yang cantek yaaa kakak dan adek.” Sembari tertawa.

from this

to this
Pada akhirnya pertemanan akan bertahan bukan seberapa sering kita bertemu, melainkan siapa yang tetap terhubung meski sudah tak lagi sama. (Hipwee)


Comments

Popular Posts