Sulitnya Menulis yang Bertemakan 'Timeless' di Terminal Mojok
Sebenarnya
ini bukan lebih ke sebuah artikel di mana ada banyak manfaat yang bisa diambil
setiap kali membacanya sih. Ini tuh lebih kepada curhatan seorang penulis
amatiran di Terminal Mojok. Yang acap kali ngerasa gegana jikalau nggak ada ide
di saat pengin nulis dan sudah ngirim artikel, tapi artikelnya ditolak terus oleh
pihak redaktur Terminal Mojok (((almarhum))) mylov~
Semenjak dua artikel saya terbit dalam seminggu
di Terminal Mojok, saya makin semangat buat nulis dan ngirim artikel ke sini. Meskipun
beberapa kali tulisan saya sempat digantung dan ujung-ujungnya nggak tayang. Tapi,
penolakan dari mereka justru menjadikan saya makin belajar sembari wawas diri,
kira-kira di mana salah tulisan saya, kok bisa nggak lolos kurasi oleh tim
redaktur Terminal Mojok?
Bercerita tentang nulis di Terminal
Mojok, saya kerap kali feeling writer’s block, yakni ngerasa bingung
harus nulis apa. Ditambah lagi salah satu admin grup WhatsApp Terminal Mojok pernah bilang, katanya kalau mau nulis itu
harus yang temanya ‘timeless’ dan
kalau bisa itu ‘related’ banget
dengan keadaan sekarang. Sehingga isi dari apa yang kita tuliskan bisa sampai
kepada para pembaca Terminal Mojok yang ada di seluruh negara +62.
Selain itu, saya juga sering ngerasa
stuck ketika akan nulis. Isi kepala
saya rasanya penuh banget. Padahal nih ya jika diselisik, isi kepala saya tuh banyak
kosongnya loh haha. Apakah minimnya minat baca menjadikan saya sering kali
ngerasa pening mau nulis apa. Mungkin jawabannya iya kali ya. Kadang kala
ngerasa sedikit jealous dengan
teman-teman yang bisa banget nulis artikel setiap harinya. Lantas, terbit pula
di Terminal Mojok. Hikss -,-
Nggak jarang setiap menuju senja,
saya selalu membaca pesan-pesan yang dikirimkan oleh sesama teman penulis di
grup WhatsApp Terminal Mojok. Mereka
sering bercerita gini nih, “Alhamdullilah tulisan saya hari ini terbit, padahal
barusan dikirim loh tadi pagi.” Huaaah seketika saya pengin mewek. Ya ampun
tulisan saya kok nggak terbit lagi ya? Sebegitu susahnyakah menulis yang
bertemakan timeless ini?
Di samping itu, saya juga kagum
dengan beberapa penulis Terminal Mojok yang tiap hari ada saja tulisannya yang
terbit di sini. Sebut saja Bang Seto yang katanya raja cabe, ada juga Aliurridha,
Gusti Aditya, dan Mbak Reni Soengkunie. Saya lekas bertanya ke diri sendiri, “Mereka
hebat ya bisa nulis artikel dan tayang pula di Terminal Mojok? Saya juga pengin
kali seperti kalian. Sebetulnya, isi kepalanya apa sih?’’ Dan hari ini tulisan
mereka terbit (lagi) T_T
Kabarnya, mereka itu saban hari
nulis satu artikel dan setelahnya dikirim ke Terminal Mojok. Biar apa? Biar nggak
terlalu nungguin artikel yang belum juga tayang di Terminal Mojok. Sebab sejak
hari Senin kemarin, lamanya titimangsa bagi penulis untuk menunggu artikelnya
tayang adalah 3 hari. Nah, jikalau 3 hari nggak kunjung terbit jua, siap-siap deh
bakalan nerima email penolakan dari
tim redaktur Terminal Mojok. Perih.
Jadi, beberapa hari yang lalu saya kembali mengirimkan
artikel ke Terminal Mojok. Dan ini hari ketiga artikel yang saya kirimkan nggak
ada kabarnya. Sementara itu, email
penolakan pun belum juga ada di inbox
email saya. Apakah artikel saya yang
ini akan jadi almarhum juga seperti artikel-artikel yang sebelumnya? Saya
senantiasa mencoba posthink mylov. Meski banyak nethink juga sih. Ya kalau almarhum, berarti saya perlu buaaanyak
belajar lagi dan lagi.
Pernah nih ya, saking buntunya, saya
mencoba untuk bertanya ke salah satu teman melalui WhatsApp, “Ada punya ide yang bertemakan timeless nggak?” Eh malah dijawab, “Saat-saat bersamamu.” Alih-alih
buat ngasih jawaban yang serius, ini justru jawabnya berseloroh. Kesel nggak
tuh. Saya lagi butuh saran, dan yang ngejawab nggak ada seriusnya sedikit pun. Btw, saya senyum sendiri pas ngebaca ulang
jawabannya (bucin mode on)
Setiap kali obrolan di grup WhatsApp Terminal Mojok usai, para teman
penulis dan admin sering kali ngirim link
artikel sebagai bahan referensi buat nulis artikel katanya. Ada beberapa
artikel yang menarik menurut saya, yakni tentang persaingan yang kian sengit.
Sepertinya teori Evolusi Darwin tentang seleksi alam berlaku di sini. Siapa
yang terus nulis dan ngirim artikel yang bertemakan timeless dan related
dengan keadaan sekarang, maka dialah yang berhak nerima 1 poin setiap kali
artikelnya terbit.
Hari ini, saya mencoba mengirim artikel yang sedikit
nirfaedah ke Terminal Mojok. Harapannya ya semoga terbit. Tapi, jikalau nggak
terbit juga, mungkin saya harus sabar sambil ikhtiar yang banyak buat baca lalu
nulis. Saya tuh hanya nggak pengin jadi fatalis tiap kali ngirim artikel ke
Terminal Mojok. Kepada Terminal Mojok yang sudah memberikan banyak ilmu tentang
dunia tulis menulis, terima kasih banyak yaaa. Lah, kok jadi sendu gini sih
cqcqcq. (❤ YD)
PS: Tulisan ini juga gagal tayang di Terminal Mojok :")
Yang pengin tahu banyak tentang ketentuan serta bagaimana kirim tulisan ke Terminal Mojok, silakan klik tautan di bawah ya! :)
Comments
Post a Comment