Kawan, Tolong Bedakan Penggunaan Kata “di” yang dipisah dan digabung, ya!


         Sebagai seorang yang makin rajin nulis dan baca (gayamu, Yul), saya jadi tahu kesalahan-kesalahan apa saja yang sering saya lakukan di dalam menulis sebuah cerita ataupun artikel yang akan dikirimkan. Dengan ilmu yang seadanya, saya acap kali membaca ulang tulisan-tulisan yang pernah ditulis dan ternyata masih banyak yang bersalahan. Seketika ngerasa malu sekali dengan penulisan kata yang masih salah tersebut.
       Contoh simple-nya, yaitu dulu sekali saya kerap salah di dalam penulisan kata ‘terimakasih’ di mana saya menuliskan kata tersebut dengan cara digabung. Sementara, penulisan kata tersebut yang benar menurut KBBI adalah dipisah seperti ‘terima kasih.' Dan sejak saat itu saya bertekad untuk memperbaiki beberapa penulisan kata yang senantiasa keliru cqcq.
        Nah, akhir-akhir ini saya mulai belajar bagaimana cara penulisan imbuhan dan kata depan “di” yang benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Di mana penulisan kata “di” selalu saja menjadi sorotan, terutama oleh Uda Ivan Lanin sang Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia. Otomatis saya menemukan begitu banyak kesalahan yang telah saya lakukan di masa lampau ketika menulis cerita ini dan itu.
Berbekal ilmu sekadarnya, setiap kali bercakap-cakap dengan teman via WhatsApp, saat itu juga mata saya ngerasa gatal ketika membaca pesan-pesan yang mereka kirimkan ke saya. Di mana mereka masih bersalahan di dalam penulisan imbuhan dan kata depan “di”. Entah karena saltik atau memang enggak bisa bedain aja, ya, penggunaan imbuhan dan kata depan “di” tersebut. Ya ampun saya kok jadi sombong gini, ya? :"")
 Berikut ini beberapa contoh kalimat yang dikirimkan oleh teman saya, di saat kami sedang asyik berbincang di tengah wabah pandemi yang kian merebak. Gemas enggak sih kalian pas baca kalimat-kalimat di bawah ini? Pengin berkomentar, eh yang ngirim pesan ini teman dekat pula, jadi serba salah dong.
“Entah, padahal diluar gerimis.”
“Dirumah kan juga banyak inspirasi.”
“Bilang aja lagi di pikirkan yang pas.”
“Kapan-kapan di coba.”
“Oke, disini anginnya kencang.”
“Semoga di terima ya.”
Padahal penulisannya yang benar itu seperti ini loh. Sudah dijelasin cara membedakan imbuhan dan kata depan “di” tapi, tetap aja salah. Alhasil saya hanya bisa bilang “Terserah kamu aja deh. Cape hati ngajarinnya haha.
“Entah, padahal di luar gerimis.”
“Di rumah, kan, juga banyak inspirasi.”
“Bilang aja lagi dipikirkan yang pas.”
“Kapan-kapan dicoba.”
“Oke, di sini anginnya kencang.”
“Semoga diterima, ya.”
Selain itu, cara sederhana untuk membedakan penulisan kata “di” digabung atau dipisah, yakni dengan cara jika  kata “di” bertemu dengan kata kerja, maka kata tersebut digabung. Sedangkan, jika kata “di” bertemu dengan kata depan, maka kata tersebut dipisah. Contoh yang paling gampangnya itu gini loh, sama seperti kamu dengan mantanmu terdahulu, jikalau dia bukan yang terbaik untukmu, maka berpisahlah gengs! (Apaan sih ini, gaje banget, ya?)
Cara membedakan penggunaan imbuhan dan kata depan “di”
Digabung jika
1. Berfungsi sebagai imbuhan
2. Membentuk kata kerja pasif
3. Bukan penunjuk tempat atau lokasi
Dipisah jika
1. Berfungsi sebagai kata depan
2. Tidak membentuk kata kerja pasif
3. Diikuti nama tempat, nama orang, dsb
Akan tetapi, ada cara lain untuk dapat mengetahui kata "di" itu dipisah atau digabung. Dengan cara mengganti kata "di" dengan kata "me.” Bila setelah diganti dengan "me” kemudian kalimat tersebut dibaca terasa aneh, maka kata "di" tersebut harus dipisah penulisannya. Contoh ‘di sana’ diganti jadi ‘mesana.’ Ganjil rasanya, kan? Maka kata "di" pada kalimat itu harus dipisah penulisannya.
      Namun, jika kata "di" diganti dengan kata "me" dan kata tersebut terasa sedap diucapkan, maka kata "di" penulisannya harus digabung. Contohnya ‘dibayar’ diganti jadi ‘membayar’ dan kata ‘dipukul’ diganti jadi ‘memukul.’ Terdengar tidak aneh ketika dibaca, maka kata "di" pada kalimat tersebut digabung penulisannya.
        Sejak saat itu, saya sering kali dibilang tukang kritik dan polisi bahasa terhadap penulisan seseorang. Padahal nih ya, apa yang saya bilang itu, sekadar ingin membetulkan penulisan mereka yang masih keliru saja. Dan terakhir malah jadi saya yang disalahkan. Hadeeeh. Seharusnya kalian berterima kasih dikarenakan saya sudah mau memperbaiki penulisan kalian yang sering kali salah.
      Jadi, setiap teman update status di media sosial dan di sana ada penulisan kata “di” yang salah, saya cuma bisa elus dada seraya berucap, “Ya ampun kok enggak bisa bedain penulisan imbuhan dan kata depan “di” yang benar sih?” Kesal tahu ngelihatnya. Pengin komentarin, entar dibilang, "Anda sudah terlalu sering meng-insult orang, dan sok-sokan nih anak." Tapi ya, saya hanya ingin menyampaikan sedikit keresahan saya yang enggak kunjung usai ke kalian. Yakni dengan cara menuliskan beberapa paragraf yang bernuansakan sedikit satire. Itu saja kok. Mamam tuh haha. (❤ YD)

Comments

Popular Posts