Akal tak Sekali Tiba
di perpustakaan sekolah, Februari 2020 |
Entah sudah seperti apa lagi
rasanya sekarang. Sering kali dipertemukan dengan rasa malu yang tidak
berkesudahan ketika harus menangisi hal-hal kecil yang sungguh tidak pantas
untuk ditangisi. Agaknya makin ke sini, saya kian cengeng hanya karena
keinginan-keinginan kecil dan besar saya belum juga dikabulkan oleh-Nya. Terkadang
ingin sekali menangis dan berteriak sekuat-kuatnya. Kembali lagi di saat mengingat
umur yang sudah tidak lagi muda, nyatanya cukup membuat saya mengurungkan niat
tersebut. Bahkan untuk bercerita ke orang-orang terdekat perihal yang sedang dialami
sekarang, saya harus berpikir panjang.
“Saya
cerita enggak ya ke mereka? Apakah nanti mereka bakalan bilang, lagi-lagi saya cengeng,
lemah atau malahan tidak bersyukur ya?”
Berbagai
sangkaan itu akhirnya membuat saya mengubur cerita tersebut dalam-dalam. Tetapi,
entah kenapa hari ini, saya mencoba untuk bercerita dengan salah satu teman
berharap akan ada sambutan baik dari pertanyaan yang saya utarakan. Yakni, tentang
saya yang masih sangat berharap dengan sesuatu yang telah saya perjuangkan.
Walaupun saya tahu hasil akhir cerita tersebut seperti apa. Kemudian, saya pun
mulai bertanya kepadanya.
“Saya masih berharap dengan
ini. Sementara saya sudah tahu kenyataannya akan seperti apa. Akankah ada
kemungkinan di sana?”
“Berharap
yang pasti-pasti saja. Nothing to lose.
Like I’ve said before, rezekinya mungkin yang lain. Banyak cara menuju
sukses.
“Terima
kasih.”
“Nikah dulu mungkin.”
Ungkapnya.
“Entahlah. Salah satu alasan
saya buat berpikir dua kali dan mungkin bisa lebih setiap kali bercerita
seperti ini ke dirimu adalah itu tadi, kata-kata yang diucapkan selalu saja memedaskan
hati. Meskipun saya tahu ucapan tersebut sangat benar adanya. Hanya saja, tiap
kali saya membaca kalimat itu lagi dan lagi, hati saya sakit.”
“Ya sudah, besok-besok enggak
lagi.”
“Iya.”
Bahkan
ia tidak tahu sebesar apa rasa sakit yang telah saya peroleh akhir-akhir ini. Saban
kali saya mengingat semua hal yang telah direncanakan dengan matang dan berakhir
dengan sedikit kedukaan; saya mencucurkan air mata, saya kecewa dengan diri
sendiri, saya sangat tidak suka dengan diri sendiri, saya berang dengan diri
sendiri, dan saya menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Ada begitu banyak
kata ‘mengapa’ yang muncul di kepala setiap kali mengingatnya. Mengapa seperti
ini dan mengapa seperti itu? Kenapa semuanya tidak bekerja sesuai dengan yang
sudah dituliskan?
Sedikit
demi sedikit saya mulai menghukum diri
sendiri. Bahkan saya tidak mengizinkan diri sendiri untuk berbahagia sebentar
saja. Yang saya lakukan hanya menangis dengan penuh sesal juga kesal. Kini saya
memutuskan untuk berhenti bercerita kepada siapa pun tentang rasa sakit yang
sedang diterima. Saya cuma bercerita rasa gembira sekadarnya saja dengan
mereka. Kendatipun tetap saya tidak sebahagia mereka yang di luar sana. Mengenai
rasa syukur, saya senantiasa bersyukur pada semua ketetapan-Nya. Tetapi,
yakinlah akan ada masa di mana kita merasa overthinking
serta mengeluhkan sesuatu secara
berlebihan. Baik itu kepada yang akan, sedang, hingga yang sudah terjadi
sekalipun.
Terkait cerita yang baru
saja saya tuliskan, ini hanya sedikit banyak unek-unek yang sedang dirasakan
sekarang. Saya tidak tahu kepada siapa harus menuturkan cerita ini. Bercerita
kepada-Nya tentu telah saya lakukan terlebih dahulu sebelum saya menuliskan
beberapa paragraf singkat ini. Saya hanya ingin bercerita melalui tulisan-tulisan
sederhana saya, namun berarti ketika dibaca pun juga diingat. Kemungkinan
sesudah ini akan banyak yang berkata-kata di dalam hatinya bahwa saya terlalu
cengeng di dalam menghadapi sesuatu. (❤ YD)
https://www.hipwee.com/narasi/enggak-ada-usaha-yang-sekali/
Tulisan ini sudah pernah terbit di Hipwee. Silakan klik tautan di bawah ya! :)
https://www.hipwee.com/narasi/enggak-ada-usaha-yang-sekali/
Apaan ini yul gk ngerti.. Terlalu Dalam.. ��
ReplyDeleteHaha, hanya segelintir orang yang ngerti akan cerita ini, Ham :D
DeleteHahahahha.... sebaik baik tempat mengadu adalah Allah yg telah menjadikan makhluk. Hanya yg Maha menjadikan lah yang akan mengabulkan segala keinginan.
ReplyDeleteYulia...
Kita semua punya keinginan... punya harapan... dan punya sesuatu yang paling kita idamkan. Boleh mennagis ketika apa yg merupakan rencana atas kemauan kita belum terkabul tetapi jangan membuat dirimu pesimis. Selalu lah bersikap optimis... karena mungkin saja Allah mempunyai rencana indah yang berlainan dengan rencana kita makhluk yg di jadikan Nya. Terus lah berusaha... teruslah memintà hanya kepada Nya. Berserah diri atas semua keinginanmu kepada Nya. Semoga Allah memberikan yang terbaik buat mu. Aamiin
Komentarnya sangat panjang, dalam, serta setiap kalimat yang dituliskan sangat berarti.
DeleteYa, meskipun awak enggak tahu ini siapa (unknown pulanya) haha
Btw, terima kasih banyak untuk nasihat-nasihatnya. *sendingvirtualhug {}