A Little Toxic and Positivity Kali, Ya :)
di Banyuwangi Lima Puluh, Maret 2020 |
Sebelum saya mulai untuk nge-share tentang sedikit curhatan saya yang enggak begitu penting ini. Saya mau
cerita nih, gimana saya bisa tahu dan kenal dengan Emilia for the first time. Jadi, saya
itu pertama kali dikirimin link Spotify beliau dan Barry oleh teman
yang lumayan dekat (sebut saja namanya M) yang judulnya “Hal apa yang
membuat hubungan menjadi sebuah hubungan yang baik?” Setelah dengar itu, saya cuma
bisa manut-manut dan bilang “Oh gitu ya. Sepertinya saya banyak bertumbuh
setelah berkenalan dengan teman saya yang ngirimin link Spotify-nya
beliau.” Nah, tadi malam kembali dia ngirimin link tweet-nya Emilia ke saya melalui WhatsApp.
“Hai. Tadi di Twitter
liat Emilia buka curhat-curhatan gitu via Email. Jadi pengen ngeshare curhatan
nih.”
“Dia siapa? Dan silakan!”
“Yang di Podcast bareng
Barry.”
“Yang duet pasangan itu ya?” Curhatannya tentang apa dan
naskahnya sudah dibuat?”
“Iya. Belom ada, masih niat.”
Ya, begitulah sekilas perkenalan saya dengan Emilia
via Spotify dan Twitter. Dikarenakan saya juga tertarik buat ngirim curhatan saya.
Alhasil tadi saya mencoba nyari akunnya beliau di Twitter dan tentunya sekalian ngefollow. Setelah dibaca tweet-nya,
saya juga pengin buat curhat dan dibalas olehnya perihal yang sedang
dialamin sekarang ini. Btw, prolog
yang saya tulis banyak banget ya. As she said before bahwa beliau cukup kuat buat baca. Jadi, saya mau cerita banyak tentang
kegalauan saya akhir-akhir ini ke dia dan tentunya melalui surel yang dikirimkan.
Berikut ini adalah balasan dari Emilia yang so very touching yang sudah dengan sangat baik ngejawab setiap keluh-kesah yang saya ceritain ke dia. Dan jawaban beliau, nyatanya cukup buat saya untuk bilang "ASTAGA, kok bisa ngena banget gini ya." Mungkin bagi kalian nih, yang juga mau cerita banyaaak dengan beliau, bisa banget buat nulis curhatannya dan dikirim melalui Email (emiliats.share@gmail.com) atau dm ke Instagram (@emiliats) pun dm Twitter (@emilia_ts) By the way, ini sama sekali enggak bermaksud buat promosiin akun media sosial beliau, ya. Saya hanya sekadar berbagi informasi. Kali aja ada yang mau cerita ke beliau seperti yang saya lakuin.
Teruntuk Emilia yang baru dikenal beberapa hari, tetapi, berasa sudah kenal lama haha. Terima kasih banyak untuk setiap kalimat-kalimat baiknya pun juga energi positif yang diberikan kepada saya. Thank you for sharing some toughts and love. And now, sending virtual hug for youuu, Mil {} (❤ YD)
Berikut ini adalah balasan dari Emilia yang so very touching yang sudah dengan sangat baik ngejawab setiap keluh-kesah yang saya ceritain ke dia. Dan jawaban beliau, nyatanya cukup buat saya untuk bilang "ASTAGA, kok bisa ngena banget gini ya." Mungkin bagi kalian nih, yang juga mau cerita banyaaak dengan beliau, bisa banget buat nulis curhatannya dan dikirim melalui Email (emiliats.share@gmail.com) atau dm ke Instagram (@emiliats) pun dm Twitter (@emilia_ts) By the way, ini sama sekali enggak bermaksud buat promosiin akun media sosial beliau, ya. Saya hanya sekadar berbagi informasi. Kali aja ada yang mau cerita ke beliau seperti yang saya lakuin.
Teruntuk Emilia yang baru dikenal beberapa hari, tetapi, berasa sudah kenal lama haha. Terima kasih banyak untuk setiap kalimat-kalimat baiknya pun juga energi positif yang diberikan kepada saya. Thank you for sharing some toughts and love. And now, sending virtual hug for youuu, Mil {} (❤ YD)
*****************************
Halo Yulia!
Pleasure to meet you!
Sampaikan terima kasih dari aku untuk Bang M karena
sudah berbagi link sehingga kita bisa ngobrol seperti sekarang, ya :) (tentunya
jika kamu nyaman dia tahu bahwa kamu mengirim email ke aku)
Oke, tentang ceritamu.
WOW don't you think that you are so brave and
strong? Jarang lho ada orang yang masih berani coba lagi once sudah pernah
gagal. Dan jadi guru! Kamu tau gak itu salah satu profesi yang penuh tantangan?
And congratulations for walking this far. So proud of you!
Soal insecurity yang sedang kamu alami, kita bedah
satu-satu ya, Yul.
I was there, Yul. Aku gagal apply beasiswa 5x, dan
belum berhasil sampai sekarang. Aku pun iri melihat teman-temanku yang sudah
pada berangkat (bahkan ada yang sudah pulang hahaha). Aku juga mau belajar. Aku
mau kayak mereka. Aku sempet begitu juga, Yul. Hide story beberapa orang karena
aku insecure dan merasa not good enough. Aku bahkan dulu berkali-kali
mempertanyakan ngapain aku kerja Yul hihi. Tapi aku akhirnya mengerti aku
kenapa. Sekarang belum completely lepas dari rasa insecure itu sih, tapi sudah
lebih aware kalau aku merasa begitu aku harus gimana.
Pertama, Yul. Di era informasi seperti sekarang,
kita justru dituntut untuk punya konsep diri yang kuat. Ketika semua hal serba
"didefinisikan"; bahagia itu harus A, kalau mau sukses itu harus B,
cantik itu kalau C, dst. Lucu ya, era di mana informasi banyak banget, kita
diarahkan pada satu tipe definisi kebahagiaan/sukses/cantik/dll. Di saat
begini, konsep diri kita lagi ditantang, Yul. Yes, I know, easier said than
done. Tapi aku ngerasa ini yang menolong aku. Aku belajar bahwa kualitas diri
tidak dinilai dari gelar yang kamu miliki, dari jabatan kamu, dari
kesuksesan-kegagalan kamu. Kualitas diri adalah cara hidup dan cara kamu
merespons. Despite all the things that make us uncomfortable, bagaimana respons
kita? Apa visi yang lagi kita perjuangkan? Apa peran yang lagi kita ambil dalam
masyarakat?
Kedua, dari perjalananku kemarin aku sadar bahwa
kita pun butuh dibantu. Jadi aku mendekatkan diri dengan lingkaran yang bisa
membantuku bertumbuh :) Ibarat tumbuhan, ada tanah-tanah tertentu yang bisa
membuat kita tumbuh. Kaktus ditanam di bantaran sungai ya bisa tumbuh sih, tapi
gak optimal. Teh ditanam di dataran rendah, ya, mungkin bisa tumbuh sih tapi
ga akan optimal. Salah jadi kaktus? Nggak. Salah jadi teh? Nggak. Cuma butuh
tempat yang berbeda aja untuk tumbuh, itu aja ;) dan nutrisi yang diberikan
pasti berbeda. Jadi itu pentingnya keberadaan lingkungan dan teman-teman yang
bisa membantu kita untuk bertumbuh.
Jadi, it's a two-way effort. Kitanya usaha, tapi
kita juga cari lingkungan yang bisa kasih "nutrisi" dan situasi yang
pas buat kita bertumbuh.
Mengapa aku nggak bahas sama sekali temen kamu yang
kamu ceritakan tadi?
Karena gak ngaruh, Yul. Percaya deh. 1) Dia gak
akan ngaruh apa-apa ke pertumbuhan kamu. 2) Ketika self-esteem kita lagi turun,
kita bisa cari-cari lagi tuh orang yang bikin kita insecure. Jadi, let her be
her. Bisa jadi juga dia sekarang sedang fighting untuk meningkatkan self-esteem
dirinya juga--tapi dengan cara mencari validasi di media sosial. Tapi secara
science, validasi di media sosia sifatnya temporary sekali, Yul. Jadi kalo kamu
cari validasi supaya kamu bisa tahan banting, jangan di media sosial. Adanya
kamu nagih untuk selalu menampilkan hal-hal yang "keren" dan
kehilangan meaning.
Lakukan hal yang membuat dirimu "penuh",
Yul. Jaga kesehatan fisik dan mental kamu.
1. Olahraga (percaya deh)
2. Makan makanan bernutrisi dan minum air putih
yang banyak
3. Beri waktu diri kamu buat relax
4. Lakukan kegiatan yang punya arti buat kamu
5. Kumpul sama orang-orang yang membuat kamu merasa
content
6. Latihan melakukan sesuatu, seperti gambar,
nulis, dll, dan share aja hasil latihan kamu :)
Pelan-pelan ya, Yul. You will get there.
Emilia
PS: Aku lampirkan attachment tentang growth mindset
(bahwa kita selalu bisa berprogres), dan bahwa segala sesuatu selalu bisa
dipelajari.
Masih ada tahun depan Yul
ReplyDeleteIya Ham :)
Delete