Ketika Kita Butuh Pengakuan, Bukan Sekadar Ingin Pengakuan
Artem Beliakin via www.pexels.com |
Kini
bertatap muka ketika berbicara tidaklah terlalu penting. Sampai sering merasa
lupa bahwa ada semesta yang jauh lebih indah dibandingkan dengan kesenangan
yang dunia maya tawarkan. Bahkan di saat mengirimkan sesuatu di media sosial,
yang sering diperhatikan sesudahnya adalah “Sudah berapa yang like ya? Sudah berapa yang love ya? Sudah
berapa yang lihat status ini ya? Sudah berapa yang komentar ya?” Hingga tiba di mana ketika orang yang diharapkan telah melihat apa yang kita unggah, sesaat itu juga kiriman tersebut dihapus kembali. Lalu berganti dengan kiriman yang baru lainnya. Dan lagi pengakuanlah yang dibutuhkan
sekarang, ketimbang bertegur sapa juga berbicara secara langsung dengan lawan
bicara.
"Enggak semua hal harus dijadikan status."
"Enggak semua hal harus diperlihatkan ke dunia."
"Enggak semua hal harus dijadikan status."
"Enggak semua hal harus diperlihatkan ke dunia."
Ya, mengabadikan jauh lebih
penting, daripada menikmati setiap inci keindahan yang telah Sang Pencipta lukiskan
untuk kita. Lantas akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan mengabadikan. Sampai lupa
menikmati setiap lukisan yang Ia cipta. Kamu juga, kan? Kepada diri sendiri yang haus akan pengakuan
juga pujian dari kalian semua, untuk kali kesekiannya aku lupa bahwa nyata jauh
lebih baik dibandingkan dengan fiksi yang menyuguhkan kebahagiaan sesaat.
Sekian. (❤ YD)
Tulisan ini sudah pernah terbit di Hipwee. Silakan klik tautan di bawah ya! :)
https://www.hipwee.com/narasi/ketika-kita-butuh-pengakuan-bukan-ingin-pengakuan/
Tulisan ini sudah pernah terbit di Hipwee. Silakan klik tautan di bawah ya! :)
https://www.hipwee.com/narasi/ketika-kita-butuh-pengakuan-bukan-ingin-pengakuan/
Comments
Post a Comment